Retreat 2025 Dan Respons Ajaib Netizen Indonesia
Retreat, apa tidak ada istilah yang lebih bisa dimengerti lebih mudah oleh publik ? Retreat itu apa maksudnya ?... KBBI ...? Kamus Besar Bahasa Indonesia? .....
Ternyata tidak ditemukan makna kata retreat di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yang dikelola oleh Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa.
Oh mungkin ini asalnya dari bahasa Jawa Kuno atau Bahasa Kawi ....?
Setelah mencoba mencari kembali ternyata ada kata retret bukan retreat yang muncul dalam KBBI On line.
Oh ternyata makna menurut KBBI adalah : kholwat, mengundurkan diri dari dunia ramai, untuk mencari ketenangan batin.
Ternyata retret dan bukan retreat sudah diserap dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Seperti kata sangkil dan mangkus yang diserap untuk menggantikan efisiensi dan efektif. Jadi diperkenalkan kata yang baru untuk menambah kosa kata yang diserap oleh Bahasa Indonesia. Meski terasa dipaksakan, sebenarnya retret itu kata lain dari kholwat.
Agar tidak terlalu ke Arab-Arab an maka diambil kata yang biasa dipakai oleh komunitas gereja Katolik ini menggantikan kata kholwat. Bukan hanya komunitas gereja, menurut Wikipedia kata ini biasa juga dipakai di komunitas Budha.
Pantesan saja kita jadi tidak langsung faham apa maknanya. Lebih kenal kata Kholwat daripada retret. Tapi bagi komunitas gereja Katolik kata ini mungkin lebih dikenal.
Itu tidak apa-apa. Maksudnya menggunakan kata retret itu agar mudah difahami oleh para pendukung Paus di Roma. Ya kan Paus baru saja datang berkunjung ke Republik, beberapa waktu yang lalu, bahkan Menteri Agama Kabinet Prabowo Gibran yang sekarang ini, itu kan yang mencium Paus itu kan ? ...
Masak Kiai kok mencium Paus, yang bener saja Pak Menteri. ..
Demi kemanusiaan kan gak papa, demi kemanusiaan katanya...ah...gak jelas... bukan demi jabatan ya Pak Kiai ....
Di Media sosial ide ide seperti ini bisa memantik perdebatan yang besar... Ngapain lagi pakai cium cium segala... Akhirnya bikin Paus jadi sakit kan .... Nah lho ada lagi...
Logika media sosial di Indonesia benar-benar tak terduga...bahkan orang-orang Israel yang di bully oleh jutaan pengguna media sosial Indonesia terbata-bata melihat celometan media sosial Indonesia....
" Fu***k you Indonesian Netizen ....leave me alone...(kata-kata makian, disensor oleh Redaksi)...." (Tolong tinggalkan saya sendiri, wahai netizen Indonesia..) kata netizen Israel gak mampu dan gak tahan, membendung bully dari netizen ratusan juta dari Indonesia.
Kata Fu****k ini mungkin semakna dengan kata Dan****k di Surabaya Malang (kata-kata makian, disensor oleh Redaksi).
Di Indonesia negeri Bhinneka Tunggal Ika hal seperti itu boleh-boleh saja. Kalau pejabatnya adalah pengikut Gereja Katolik dipakai istilah retret, kalau pengikut Pesantren dari Jombang mungkin lebih dipakai kata kholwat. Sah sah saja...tak ada sektarian yang boleh hidup di negeri Pancasila ini.
Negeri Republik ini sangat bebas. Dan warga Republik adalah warga yang sangat toleran dengan segala perbedaan. Bahkan penjajahan saja diterima oleh penduduk negeri ini selama 350 tahun. Itu kata Bung Karno yang meresumekan penjajahan Belanda di Indonesia 350 tahun.
Perlawanan sporadis dilakukan di berbagai wilayah negeri selama 350 tahun penjajahan itu. Akan tetapi tak satupun berhasil mengusir pengusung semboyan Gold Glory and Gospel itu.
Susah melawan penjajah yang haus akan harta duniawi seperti Belanda. Tadinya mengincar rempah rempah, akan tetapi kemudian Belanda mengincar tanah negeri ini.
Bahkan Sultan Agung Hanyokrokusumo menolak untuk meneruskan penyerangan ke Batavia. Gubernur Jenderal Belanda sudah tewas dalam peperangan dengan Mataram. Itu sudah cukup.
" Itu menjadi pelajaran bagi siapapun termasuk Belanda, bahwa rakyat negeri ini juga bisa dan berani melawan... Itu sudah pesan yang cukup bagi mereka..." Kata Sultan Agung Hanyokrokusumo, dengan penuh rasa syukur.
Belanda tidak pernah tahu bahwa expansi Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah dalam rangka menghabisi mereka beberapa ratus tahun kemudian. Bahkan strategi dengan jangkauan masa depan sehebat strategi Sultan Agung itu, berhasil menyelamatkan rakyat di Pulau Jawa dari kejahatan Belanda. Strategi yang tidak diketahui oleh Belanda adalah, tentara Mataram diperintahkan membuka ribuan bahkan jutaan hektar sawah di jalur yang dilewati oleh tentara Mataram, untuk menyelamatkan rakyat Jawa ratusan tahun kemudian dari kekejaman bangsa-bangsa asing, Jepang, Belanda dan juga Sekutu dalam Perang Dunia ke-2. Padahal para tentara Mataram yang ditugasi membuka tanah sawah baru itu memperkirakan akan ada peperangan lanjutan yang memakan waktu bertahun-tahun lagi. Prajurit Mataram saja gagal menebak strategi sangat jenius Sultan Agung yang cemerlang ini.
Pertempuran pertempuran dahsyat setelah itu membuat rakyat negeri ini sengsara. Kelakuan Gold Glory and Gospel dan pasukan yang dipimpin Dajjal yang mencabut nyawa lebih dari 63 juta orang tewas di seluruh dunia (korban Perang Dunia II), membuat krisis global di tahun 1945 an (Jumlah ini masih jauh lebih besar dari 7 juta manusia yang tewas karena Covid 19 yang baru saja berlalu).
Akan tetapi strategi Sultan Agung Hanyokrokusumo melintas jaman. Sawah sawah baru yang dibuat oleh tentara Mataram atas petunjuk Sultan Agung Hanyokrokusumo sendiri, menjadi sarana benteng yang menyelamatkan rakyat dari bencana kelaparan dahsyat dan kesengsaraan berlanjut di masyarakat grassroot.
Kalian para Gajah bertempur tapi tak pernah memperhatikan bagaimana masyarakat grassroot sang pelanduk yang ada di tengah-tengah, sang pelanduk itu pun mati.
Sultan Agung Hanyokrokusumo berhasil memberikan pelanduk cadangan makan untuk surivival, untuk bertahan hidup. Dan strategi itu tak pernah difahami oleh para Begundal Ratu Yuliana waktu itu. Mereka hanya kebingungan saat Gubernur Jenderal VOC tewas.
Dan strategi balas dendam mereka ke keraton Mataram yang mengacak-acak Mataram itu pun berhasil. Setelah Sultan Agung Hanyokrokusumo wafat, Mataram pun dihantam pertempuran yang dikobarkan oleh agen intelijen Belanda.
Mataram pun menjadi terpecah belah karena strategi intelijen divide et Impera itu. Tak apa sebuah Mataram berlalu, akan tetapi puluhan juta rakyat tanah Jawa puluhan tahun bahkan ratusan tahun kemudian punya cadangan makanan yang cukup dari tanah tanah sawah baru yang dibuat oleh tentara-tentara Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo yang cerdik.
Kata peribahasa : Gajah bertengkar dengan Gajah, Pelanduk mati di tengah-tengah....
Deretan kalimat itu hanya akan jadi peribahasa saja. Dan itulah kemenangan sejati, saat rakyat terselamatkan, karena meski Mataram kemudian dihantam oleh divide et Impera, akan tetapi Tangan Tangan yang lebih kuat dari itu kemudian memberikan Republik yang besar ini, untuk pelanduk, rakyat kecil, grassroot, rakyat jelata ini... kemenangan sejati, bukan kemenangan sementara, yang tak abadi, yang sebentar lagi juga usai, saat gunungan wayang nasib itu dicabut dari gedhebog dunia oleh Sang Dalang.....(Redaksi, El Diono)